Ngentot Dengan Kakak Istriku Yang Maniak Seks 1
Saya biasa dipanggil Adi serta umurku saat ini 32 tahun. Saya telah beristri dengan 1 anak umur dua tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga sama-sama menyayangi serta menyukai. Tetapi sebetulnya saya simpan rahasia paling besar dalam kehidupan berumahtangga, khususnya rahasia pada istriku. Berawal di saat sekian tahun lalu, saat saya masih berpacaran dengan istriku. Saya dikenalkan pada semua keluarga kandung serta keluarga besarnya. Serta dari banyaknya keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yakni kakak perempuannya yang namanya Ima (sebutlah saja demikian). Ima serta saya seusia, ia semakin tua beberapa waktu saja, ia telah menikah dengan suami yang super repot serta telah memiliki satu orang anak yang telah duduk di sekolah fundamen. Dengan tinggi tubuh 160 cm, berat tubuh kira-kira 46 kg, berkulit putih bersih, mempunyai rambut indah tebal serta hitam sebahu, matanya bening, serta mempunyai suara cukup cempreng tetapi menurutku seksi, benar-benar merayuku. Sebelumnya kami biasa saja, misalnya di saat saya temani pacarku kerumahnya atau ia temani pacarku kerumahku, kami cuma bercakap sekedarnya saja, tidak ada yang spesial sampai sesudah saya menikah dua tahun selanjutnya ia menghadiahi kami (saya serta pacarku) dengan satu kamar di hotel berbintang dengan ia bersama-sama anak tunggalnya turut bermalam di kamar samping kamarku.
Sesudah menikah, frekwensi tatap muka saya dengan Ima bertambah seringkali, serta kami berdua semakin berani untuk bercakap sekalian diselingi canda-canda konyol. Dalam satu hari, saya serta istri dan mertuaku banyak yang datang kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang enak untuk ditempati. Dengan bangunan istimewa berlantai dua, pekarangannya yang lumayan luas serta ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, dan beberapa pohon teduh membuat mata fresh jika melihat kehijauan pada pagi hari. Letak tempat tinggalnya cukup jauh dari tetangga membuat situasi dapat semakin privat. Sesampainya dari sana, sesudah istirahat sesaat ternyata istriku serta mertuaku ajak untuk belanja kepentingan bulanan. Tapi saya cukup mengantuk, hingga saya minta izin tidak untuk turut serta untungnya Ima mempunyai supir yang bisa dikaryakan untuk sesaat. Jadilah saya tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kurang lebih 1/2 jam saya berusaha untuk tidur, anehnya mataku tidak terpejam, hingga saya putus harapan serta kuputuskan untuk lihat acara TV dulu. Saya bangun serta keluar kamar, tapi saya cukup terkejut rupanya Ima tidak turut belanja. Ima memakai kaus gombrong berwarna putih, lengan mode you can see serta dengan panjang kausnya sampai 15cm di atas lutut kakinya yang putih mulus. "Lho..kok tidak turut ?" tanyaku sekalian semilir kuhirup wangi minyak wangi yang dipakainya, harum serta merangsang, "Tauk nih..lagi malas saja gue.." sahutnya tersenyum serta melirikku sekalian membuat sirup orange dingin dimeja makan, "Anto ke mana..?" tanyaku lagi mengenai suaminya, "Lagi keluar negeri, biasa..kepentingan kantornya.." sahutnya lagi. Lalu saya ke arah kedepan sofa tempat melihat TV selanjutnya saya asyik melihat film di TV. Sesaat Ima berlalu ke arah tingkat atas (kemungkinan ke kamarnya).
Sedang asyik-asiknya saya tonton, mendadak kudengar Ima menyebutku dari lantai atas; "Di..Adi..", "Yaa.." sahutku, "Ke sini sesaat deh Di..", dengan tidak tergesa-gesa saya naik serta merasakannya sedang duduk disofa besar untuk tiga orang sekalian minum sirup orangenya serta hidupkan TV. Dilantai atas ada ruangan keluarga mini yang cukup tersusun bagus dengan lantainya dilapis karpet tebal serta empuk, serta cuma ada 1 buah sofa besar yang sedang ditempati oleh Ima. "Ada apakah neng..?" kataku bergurau sesudah saya sampai di atas serta langsung duduk di sofa dengannya, saya diujung kiri dekat tangga serta Ima diujung kanan. "Rese luh..sini temenin gue bercakap ama sharing" tuturnya, "Sharing apaan?", "Apa! ajalah, yang perlu gue ada teman bercakap" tuturnya lagi. Karena itu, semasa sejam semakin saya bercakap mengenai apa serta dengarkan sharing mengenai suaminya. Baru saya tahu, jika Ima sebetulnya "bete" berat dengan suaminya, sebab semenjak menikah seringkali ditinggal pergi lama oleh suaminya, seringkali lebih dari pada satu bulan ditinggal. "Terbayang gue seperti bagaimana ? Kamu ingin tidak temenin saya saat ini ?" tanyanya sekalian menggeser duduknya mendekatiku sesudah gelasnya diletakkan dimeja sebelahnya. Saya dapat menerka apakah yang ada dibenak serta yang diharapkannya sekarang ini. "Kan gue saat ini lagi nemenin.." jawabku lagi sekalian mengatur tempat dudukku supaya semakin nyaman serta cukup serong menghadap Ima. Ima semakin merapat ke tempat dudukku. Sesudah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sekalian menanyakan "Ingin..?", saya diam saja sekalian tersenyum serta melihat matanya yang mulai sayu meredam suatu hal yang bergolak. "Bagaimana dengan beberapa orang rumah yang lain (pembantu-pembantunya) serta bagaimana jika tiba-tiba istriku serta nyokap pulang ?" tanyaku, "Mereka tidak tiba jika saya tidak panggil serta maknyak dapat berjam-jam jika berbelanja." jawabnya makin dekat ke mukaku.
Sedetik selanjutnya tangan kirinya sudah dilingkarkan dileherku serta tangan kanannya sudah membelai pipi kiriku dengan muka yang demikian dekat di mukaku disertai nafas harumnya yang telah mendengus perlahan tapi tidak teratur menimpa mukaku. Tanpa ada pikirkan panjang lagi, tangan kananku kuselipkan antara lehernya yang tahap serta rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya serta kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang semula diam saja mulai bergerak dengan cara halus membelai-belai dipinggang kanannya."Mmhh..mmhh.." nafas Ima mulai mengincar serta mendengus-dengus, kami mulai sama-sama melumat bibir serta mulai lakukan French kiss, bibir kami sama-sama mengisap serta mengisap lidah kami yang cukup basah, very hot French kiss ini berjalan dengan dengusan nafas kami yang terus mengincar, saya mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sesaat, ke arah belakang telinganya, selanjutnya bibir serta lidahku turun ke arah lehernya, kuciumi serta kujilati lehernya, "hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh" desahnya sekalian pejamkan matanya nikmati permainan bibir serta lidahku di leher jenjangnya yang putih serta ke-2 tangannya merengkuh kepalaku, sesaat kepala Ima bergerak kekiri serta kekanan nikmati kecupan-kecupan dan jilatan di lehernya.
Tangan kiriku yang awalannya cuma membelai pinggangnya, selanjutnya turun membelai serta menyeka-usap sesaat dipaha kanannya yang putih, mulus serta halus untuk selanjutnya mulai menyelusup di dalam kaus gombrongnya ke arah buah dadanya. Saya cukup kaget merasai buah dadanya yang cukup besar, bundar serta masih kencang, walau sebenarnya setahuku Ima memberi ASI ke anak tunggalnya semasa satu tahun semakin. Tanganku bergerak nakal membelai serta meremas-remas lembut dengan sedikit meremas tepian bawah buah dada kanannya. "Buah dadamu masih kencang serta kenyal neng." kataku sekalian kulepas permainan dilehernya serta melihat mukanya yang manis serta cukup bersemu merah tanpa ada kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. "Kamu senang yaa.." sahutnya sekalian tersenyum serta saya mengangguk. "Terusin dong.." pintanya manja sekalian kembali lagi kami berciuman dengan bernafsu. "Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp.." ciuman maut kami beradu kembali lagi. Tangan kiriku masih jalankan pekerjaannya, secara halus membelai, meremas, serta memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Ima yang semula ada dikepalaku, telah turun membelai benjolan selangkanganku yang masih tetap terbungkus celana katun. Ima menggosokikan tangan kanannya dengan cara memiliki irama hingga membuat saya semakin terangsang serta penisku semakin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus mengincar diselingi desahan-desahan kecil Ima yang nikmati foreplay ini. Masih dengan tempat miring, tangan kiriku hentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung ke arah keselangkangannya. Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk loloskan tangan nakalku ke arah targetnya. Saya mulai meraba-raba CD yang tutup vaginanya yang kurasakan telah lembab serta basah. Perlahan-lahan kugesek-gesekkan jemari jariku sesaat Ima pasrah merintih-rintih serta mendesah-desah nikmati permainan jariku serta pagutan-pagutan kecil bibirku dan jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang tahap serta halus disertai desehan serta rintihannya berkali-kali. Pinggulnya diangkat-angkat seperti meminta jariku untuk masuk di dalam CD-nya tingkatkan finger play ku. Tanpa ada menanti, jariku bergerak buka ikatan kanan CD-nya serta mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut serta cukup jarang-jarang. Jemari tengahku menyengaja kuangkat dulu untuk sedikit tunda sentuhan di labia mayoranya, sesaat ! jemari telunjuk serta jemari manisku yang kerja menggesek-gesekkan serta cukup kujepit-jepit tepian bibir vaginanya secara halus serta penuh perasaan.
Sesaat Ima pejamkan matanya serta dari bibir mungilnya keluarkan rintihan-rintihan desahan-desahan berulang-kali. Selanjutnya jemari tengahku mulai turun serta kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa telah basah. Berulang-kali kugesek-gesek dengan bagian dalam jemari tengahku, selanjutnya mulai kutekuk serta kugaruk-garuk jemari tengahku cukup dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut serta bersih. Sesaat Ima semakin merintih-rintih serta mendesah-desah sekalian menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan pergerakan turun naik kekiri serta kekanan "Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh…..sshh.." rintih serta desahannya berulang-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher serta bibirnya dan sekalian kami sama-sama mengisap lidah. Sesudah senang dengan tempat miring, selanjutnya saya cukup menggerakkan badannya untuk duduk dengan tempat selonjor enjoy, sesaat saya berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima cukup terdiam dengan nafasnya mengincar, perlahan-lahan kubuka kaus gombrongnya, waktu itu saya bisa lihat badannya setengah telanjang, semakin putih serta indah dibanding istriku yang berkulit cukup kecoklatan, dua bukit kembarnya nampak bundar membusung padat, benar-benar indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda serta telah mengeras meredam nafsu birahi yang naik-turun.
Sekalian tangan kiriku bertopang pada pinggiran sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya serta tangan kananku mulai membelai, mendesak, serta meremas-remas buah dada kirinya secara halus. "Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi.." Ima bergumam tidak karuan nikmati permainanku, ke-2 tangannya meremas serta menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah serta merintih-rintih hebat saat putingnya kuhisap-hisap serta cukup kugigit-gigit kecil sekalian tangan kananku meremas buah dada kirinya serta memelintir-pilintir putingnya. Ima benar-benar nikmati permainanku didadanya berganti-gantian yang kanan serta kiri, sampai ia tidak sadar berkata "Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu senang seperti adhikku di hotel dahulu.. hhnghh.. mmhh..", ups..saya cukup terkejut, tanpa ada stop bermain saya memikir ternyata Ima menguping "malam pertama kaliku" dahulu bersama-sama istriku, memang saat malam itu serta pada ML-ML awalnya saya tetap membuat istriku berteriak-teriak nikmati permainan sex-ku. Ternyata..Oke deeh kakak, sekaranglah waktu yang sebetulnya juga saya tunggu-tunggu dari dahulu. "Adhii.. saat ini dong.. aahh.. akhu telah tidak tahann.. oohh.." katanya, tetapi saya masih ingin begitu lama nikmati kemulusan serta kehalusan kulit badan Ima.