Dalam Diam Kami Bercinta 2





Malamnya, seisai Irvan kerjakan PR-nya ia mendatangiku yang lagi baca majalah wanita di sofa. Tatapan matanya, kumengerti apa maunya. Walaupun sore barusan kami barusan melakukan. Kutuntun ia duduk di lantai menghadapku. Sesudah ia duduk,saya buka dasterku serta arahkan mukanya ke vaginaku. AKu mengharap Irvan tahu apa yang perlu ia kerjakan, sesudah belajar dari CD pornonya. Betul saja, lidah Irvan telah bermain di vaginaku. Saya terus membaca majalah, seperti tidak berlangsung apa-apa. AKu berasa nikmatr sekali. Lidahnya terus menyedot-nyedot klentitku serta ke-2 tangannya mengelus-elus pinggangku. Sampa pada akhirnya saya menjepit kepalanya, karean saya akan orgasme. Irvan hentikan jilatannya Serta saya melepas nikmatku. Kemudia ke-2 kakiku kembali lagi merenggang. AKu merasai Irvan menjilati basahnya vaginaku. Sesudah senang, Irvan bangkir. Saya turun ke lantai. Sekarang irvan yang buka celananya serta menarik kepalaku supaya mulutku mendekat ke penisnya. Penis yang keras itu kujilati dengandiam. Irvan menumpukan kepalanya ke sandaran sofa. Kepalaku ditangkapnya serta dileus-elusnya. Saya terus menjilatinya serta terus melahap penisnya, sampai spermanya penuhi mulutku. Sampai akhirnyanormal kembali lagi serta kami duduk bersisian melihat film terlepas di TV. Selesai tonton film, saya ajaknya untuk tidur, karean esok ia harus sekolah, serta saya harus mengecek pembukuan toko.
"yuk tidur sayang," kataku.Irvan bangun serta menggamit tanganku, lalu kami tertidur nyenyak sampai pagi.

Siang itu, saya dengar Irvan pulang sekolah serta diaminta makan. Kami saling makan siang di meja makan. Selesai makan siang, kami saling mengusung piring kotor serta saling mencucinya di dapur. Irvan bercerita guru baruya yang benar-benar disiplin serta berasa cukup kejam. Saya dengarkan semua keluh kesah serta narasi anakku. Itu kebiasaanku, hingga kemudian saya harusmengetahui siap Irvan. Saya memulai bertanya siapa pacarnya serta sempat ke tempat pelacuran atau mungkin tidak. Sebetulnya saya tahu Irvan belum pernah pacaran serta belum pernah kepelacuran dari diary-nya. Kami saling membuat piring serta melap piring sampai ke ring ke rak-nya, sambil kami terusbercerita.

"Ma...esok Irvan dibawa rekan mendaki gunung...bisa engak, Ma?" bertanya Irvan minta izinku sambil tangannya memasuku sisi atas dasterku serta mengelus tetekku.

"Kelak jika telah SMA saja ya sayang..." kataku sambil mengelus penis Irvan.

"Bermakna tahun kedepan dong, Ma," tuturnya sambil mengjilati leherku.

"Oh... iya sayang... Tahun kedepan" kataku juga sambil membelai penisnya serta melepas kancing celana biru sekolahnya serta melepas semua bajunya sampai Irvan telanjang bundar.

"Jika mama katakan tidak bisa ya sudah. Irvan tidak turut," tuturnya sambil melepas juga kancing dasterku sampai saya telanjang bundar.

Ya.. kami terus menceritakan tenag sekolah Irvan serta kami telah bertelanjangbulat bersama-sama.

"Kadang-kadang kita wisata ke pucuk yuk ma..." kata Irvan sambil menjilati leherku serta mengelus tetekku. Saya duduk di bangku kaman serta Irvan berdiri di belakangku. Uh... anakku telah betul-betul dewasa. Ia ingin sekali bermesraan serta benar-benar riomantis.

"Kapan Irvan maunyake pucuk?" kataku sambil menkmatijilatannya. Saya mulai membimbingnya supaya beradadi hadapanku.

Irvan kubimbing untuk naik ke atas badanku. Ke-2 kakinya mengangkangi badanku serta bertopang pada bangku. Panttanya telah ada di atas ke-2 pahaku serta saya memeluknya. Kuarahkan murnya untuk menyedot pentil tetekku.

"Bagaimana jika malam hari ini saja kita ke pucuk sayang. Esok libur serta lusa telah minggu. Kita di pucak dua malam," kataku sambil mengelus-elus rambutnya.

"Sepakat ma. Kita bawa serta dua buah selimut ma," tuturnya mengubah isapan nya dari tetekku yang satu ke tetekku lainnya.

"Mengapa harus dua sayang. Satu saja.." kataku yang merasai tusukan penisnya yang mengeras di pangkal perutku.

"Selimutnya kita gabungkan agar makin tebal, agar hangat ma. Dua selimut kita lapis dua," tuturnya. Ia mendongakkan mukanya serta pejamkan matanya, minta supaya lidahku masuk mulutnya. Saya membernya. Sluuupp... lidahku langsung diisapnya secara halus serta samping tangannya mengelus tetekku.

Mendadak Irvan berdiri serta amengarahkan penisnya ke mulutku. Saya menyambutnya. Waktu penis itu ada dalam mulutku serta saya mulai menjilatinya dalam mata terpejam Irvan menjelaskan:"Rasa-rasanya kita langsung pergi ya ma. Sampai dipucuk belum sore. Kita bisa jalanan ke gunung yang dekat villa itu," tuturnya.

Saya pahami tujuanenya, supaya saya cepat mengakhiri kemauannya serta kami selekasnya pergi. Cepat saya menjilati penisnya serta Irvan Meremas-remas rambutku secara halus. Hingga kemudian, Irvan mendesak kuat-kuat penisnya ke mulutku serta meremas rambutku . Pada tekak mulutku, saya merasai hangatnya semprotan sperma Irvan seringkali. Selanjutnya di dudk kembali pada pangkuanku. Di ciumnya pipiku kiri-kanan serta mengecup keningku. Uh... dewasanya Irvan. Au membalas mengecup keningnya secara halus.

Irvan turun dari bangku, lalu menggunakankan dasterku serta ia ke kamar mandi. Saya kekamar mempersiapkan suatu hal yang perlu kami bawa serta. Saya tidak lupamembawa dua buah selimut serta baju yang dapat mebnghangatkan badanku. Semua siap. Mobil melaju ke pucuk, ikuti liuknya jalan aspal yang hitam tembus kabut yang dingin. Kami datang jam 15.00. Sesudah cek in, kami langsung makan di restoran di pinggir saw2ah serta pesan ikan mas goreng dan lapannya. Kami makan dengan lahap sekali. Dari sana kami jalani jalan setapak menaik ke lereng bukit. Dari sana, saya lihat satu mobilo biru tua, Toyota Land Cruiser lewat jalan ke arah villa yang tidak jauh dari villa kami. Mobil suamiku, ayahnya Irvan. Tentu ia dengan isteri mudanya atau mungkin dengan pelacur muda, bisik hatiku. Cepat kutarik Irvan supaya ia tidak lihat ayahnya. Saya telat, Irvan ditambah daulu lihat mobil yang ia mengenal itu. Irvan meludah serta menyumpahi ayahnya:"Biadab !!!" Demikian bencinya ia pada ayahnya. Saya cuma memeluknya serta mengelus-elus kepalanya. Kami melanjutkan perjalanan. Saya tidak ingin situasi istirahat ini membuat jadi tidak indah.

Satu kursi dibuat dari bata yang disemen. Kami duduk berdampingan diatasnya memandang jauh ke bawah sana, ke bentangan sawah yang baru ditanami. Indah sekali.

Irvan merebahkan kepalanya ke dadaku. AKu tahu bimbang hatinya. Kuelus kepalanya serta kubelai belai.

"Tidak bisa mempersalahkan siapa saja dalam hiduap ini. Kita harus nikmati hidup kita dengan tenanag serta damai dan ikhlas," kata kumengecup bibirnya. Angin mulai berdesir sepoi-sepoi serta kabut kadang-kadang menampar-nampar muka kami. Irvan mulaui meremas tetekku, walaupun masih tertutupi oleh bajuku serta bra.

"Iya. Kita harus hidup bahagia. Bahagia cuma untuk punya kita saja," tuturnya lalu mencium leherku.

"Kamu melihat petani itu? Mereka benar-benar bahagia melalui hidupnya," kataku sambil mengelus-elus oenisnya dari balik celananya. Irvan berdiri, lalu membimbingku beridir. Akua mengikutinya. Ia mengelus-elus pantatku secara halus.

"Lumpur-lumpur itu tentu lembut sekali, Ma," tuturnya terus mengelus pantatku. Tentu Irvan terobsesi dengan anal sex, pikirku. Saya harus memberikannya supaya ia suka serta bahagia dan tidak lari kemana saja ditambah lagi ke pelacur. Ia tidak bisa memperolehnya dari wanita jalang.

Kami mulai menuruni bukit sesudah mobil Toyota biru itu hilang, kemungkinan ke garasi villa. Irvan tetapmemeluk pinggangku serta kami pesan duabotol teh. Kami meminum di pinggir warung.

"Wah... anaknyanya ganteng sekali bu. Manja lagi," kata pemilik warung. Saya tersenyum serta Irvanpun tidak melepas pelukannya. Karakternya memang manja sekali.

"Suka ya bu, punyai anak ganteng," kata pemilik warung itu lagi. Kembali lagi saya tersenyum serta beberapa orang yang ada di warung itu terlihat iri lihat kemesraanku dengan anakku. Mereka tentu tidak tahu apakah yang sedang kami rasakan. Keelokan yang bagaimana. Mereka tidak tahu.

Sesudah bayar, kami menuruni bukit serta kembali pada villa. Angin makin kencang sore mendekati mahgrib itu. Kami pesan 2 gelas kopi susu panas serta membawanya ke kamar. Sesudah menutup kamar, saya melapaskan semua bajuku. Tidakkah barusan Irvan mengelus-elus pantatku? BUkankah ia ingin anal sex? Sesudah saya bertelanjang bundar, saya dekati Irvan serta melepas semua bajunya. Kulumasi penisnya gunakan lotion. Saya melumasi juga duburku dengan lotion. Di lantai saya menunggingkan badanku. Irvan mendatangiku. Kutuntun penisnya yang demikian cepat mengeras menyerang lubang duburku. Saya sempat merasai ini sekali dalam hidupku saat saya baru menikah. Sakit sekali rasa-rasanya. Dari temanku saya ketahui, jika ingin main dri dubur, harusmemakai pelumas, tuturnya. Sekarang saya ingin praktikkan pada Irvan

Irvan arahkan ujung penisnya ke duburku. Ke-2 lututnya, tempatnya bertopang. Perlahan-lahan...perlahan-lahan serta perlahan-lahan... Saya merasai tusukan itu dengan perlahan-lahan. Ah... Irvan, kau demikian dapat memberikaapa yang saya kehendaki, bisik hatiku sendiri. Setiap saat saya berasa kesat, saya denga tanganku meningkatkani lumasan lotion ke batangnya. Saya merasai penis itu keluar-masukdalam duburku. Kuarahkan samping tangan Irvan untuk mengelus-elus klentitku. Waw... nimat sekali. Di satu bagian klentitku nikat disapu-sapu serta di lain sisi, duburku dilintasi oleh penis yang keluar masuk benar-benar teratur. Tidak ada suara apa saja yang didengar. Sunyi sepi serta diam. Cuma ada desau angin, desah nafas yang meburu serta kadang-kadang ada suara burung kecil berkicau di luar sna, ke arah sarangnya.

Badan Irvan telah melekat di punggungku. Samping tangannya mengelus-elus klentitku serta samping lagi meremas tetekku. Lidahnya menjilati tengkukku serta dan leherku berganti-gantian. Saya benar-benar mujur mememiliki anak seperti Irvan. Ia laku-laki perkasa serta penuh kelembutan. Tetapi... mengapa kesempatan ini ia demikian buas serta demikian binal? Tetapi... Saya makin nikmati kebuasan Irvan anak kandungku sendiri. Buasnya Irvan, ialah buas yang benar-benar santun serta penuh kasih.

Saya telah tidak dapat membendung nikmatku. AKu menjepit tangan Irvan yang masih tetap mengelus klentitku jugamenjepit penisnyadengan duburku. Irvan mendesah-desah...

"Oh... oh....oooooohh..."

Irvan menggigit bahuku serta mendustai lidahnya di antara gigitannya. Serta remasan pada tetekku berasa demikian sangat nikmat. Ooooooooooohhhh... desahnya serta saya juga menjerit..

Akhhhhhhhhhhhh......... Lalu saya menelungkup di lantai karpet tidak dapat lagi ke-2 lututku untuk bertopang.

Penis Irvan mengecil serta melaju cepat keluar dari duburku. Irvan cepat mengubah badanku. Langsung saya diselimutinya serta diamasuk ke selimut, sambil mengecupi leherku serta pipiku. Kami terdiam, sampai desah nafas kami normal.

Irvan membimbingku duduk serta menuntunku duduk di bangku, lalu melilit badanku dengan selimut hotel yang ada di atas tempat tidur. Ia dekatkan kopi susu ke mulutku. Saya meneguknya. Kudengar ia membersihkan penisnya, lalu kembali lagi merapat padaku. Ia kecul pipiku serta menjelaskan:"Malam hari ini kita makan apa, Ma?"

"Terserah Irvan saja sayang."

"Sesudah makan kita ke mana, Ma?" ia membelai pipiku serta mengecupnya lagi.

"Terserah Irvan saja sayang. Ini hari, ialah harinya Irvan. Mama ngikut saja apa maunya anak mama," kataku lembut.

"OK, Ma. Ini hari haerinya Irvan. Esok sampai minggu, harinya mama. Malam hari ini kita di kamar saja. Saya tidak ingin bertemu sama orang yang naik Toyota Biru itu," tuturnya marah. Kelihatannya penuh sakit hati. Saya menghela nafas.

Selesai makan malam, kami kembali pada kamar serta langsung tidur di bawah dua selimut yang hangat serta berangkulan. Kami tidur sampai jam 09.00 pagi baru terjaga.

Popular posts from this blog

Ngentot Dengan Kakak Istriku Yang Maniak Seks 3

Ngentot Dengan Kakak Istriku Yang Maniak Seks 2

Dalam Diam Kami Bercinta 1